MAU BUAT WEBSITE UNTUK USAHA/PERUSAHAAN/YAYASAN DLL KLIK DI BAWAH INI

Hosting Indonesia
ALHAMDULILLAH SEGALA PUJI BAGI ALLAH, YANG MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG. SHOLAWAT DAN SALAM SEMOGA TERCURAHKAN KEPADA NABI MUHAMMAD SAW, KELUARGA DAN SAHABATNYA SERTA ORANG-ORANG YANG SELALU ISTIQOMAH DI JALANNYA. BANYAK CERITA YANG HARUS KITA JADIKAN TAULADAN DALAM MENITI PERJALANAN KEHIDUPAN INI. KISAH-KISAH CERDIK YANG TERKEMAS DALAM KATA-KATA MENARIK ADALAH SALAHSATU TITAH YANG MAMPU MENGGUGAH PEMIKIRAN KITA UNTUK TERUS BELAJAR MENUJU KEBAIKAN. BLOG INI HADIR SEBAGAI WACANA BAGI KITA, SEMOGA DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT KEPADA PARA PEMBACA YANG BUDIMAN DALAM MENGISI KEHIDUPAN YANG LEBIH BERMAKNA. BANYAK BLOG CERITA-CERITA ATAU KISAH-KISAH UNIK DAN MENARIK YANG KITA KETAHUI, TAPI MUDAH-MUDAHAN BLOG INI BISA MENJADI PELENGKAP DIANTARA BLOG-BLOG YANG LAIN. DAN SEMOGA ALLAH DAN PARA PEMBACA YANG BUDIMAN MEMAAFKAN ATAS SEGALA KEKURANGAN YANG ADA PADA BLOG INI.

Rabu, 17 Februari 2010

KISAH PENCARI KEBENARAN (KISAH SALMAN AL-FARISI)

KISAH PENCARI KEBENARAN (KISAH SALMAN AL-FARISI)

Salman adalah seorang berkebangsaan persia. Ia tinggal di wilayah Asbahan. Ayahnya seorang kepala kampung dan salman adalah anak yang paling dicintai. Salman memeluk agama majusi dan termasuk orang yang tekun mengamalkan agamanya, hingga diangkat menjadi penjaga api yang bertugas menjaganya supaya tidak padam karena orang kampung itu termasuk penyembah api. Ayah Salman mempunyai sepetak ladang, pada suatu hari ayahnya berkata, “Pergilah keladang dan lihatlah keadaannya!” Salman pun pergi ke ladang ayahnya. Dalam perjalanan ia melewati sebuah gereja milik orang nasrani. Ia mendengar mereka sedang sembahyang (melakukan misa) maka ia pun masuk dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Ia tertarik pada sembahyang mereka dan timbul keinginan masuk agama Nasrani. Salman bergumam dalam hati, “Sungguh agama mereka lebih baik dari agama kami. Ia turut mengikuti misa mereka hingga matahari terbenam dan ia tidak jadi pergi ke ladang milik ayahnya. Kemudian dia bertanya kepada orang nasrani tentang asal usul agama mereka. Mereka menjawab, “Agama kami berasal dari Syam.”
Kemudian Salman pulang menemui ayahnya. Ia menceritakan, “Ayah, aku baru saja melewati suatu kaum yang sedang sembahyang di gereja. Aku merasa tertarik dengan tatacara sembahyang mereka dan menurutku agama mereka lebih baik dari agama kita.” Ayahnya menjawab, “Anakku, agama mereka lebih baik dari agamamu, bahkan agama (majusi ) lebih baik dari agama mereka. “Salman membantah, “Tidak, justru agama mereka lebih baik dari agama kita.” Ayah Salman tidak menggubris omongannya lagi. Ia khawatir kalau anaknya si Slaman meninggalkan agama majusi dan masuk nasrani. Maka kemudian ia mengikat kedua kaki Salman dan menahannya di dalam rumah. Namun Salman kemudian mengirimkan surat kepada orang-orang nasrani. Ia menyatakan kepada mereka bahwa ia masuk agama yang mereka peluk. Ia berpesan bila datang kepada kalian rombongan dari Syam, beritahu diriku karena aku ingin pergi ke Syam bersama mereka.
Kemudian Salman mematahkan rantai besi dan melepaskan ikatan tali yang membelenggu dirinya, lalu pergi bersama orang-orang Syam menuju negeri mereka. Sesampai di syam, ia bertanya kepada penduduk kota itu, “Seorang uskup yang tinggal di sebuah gereja.” Kemudian Salman pergi menemui uskup itu. Ia berkata, “Sungguh aku tertarik untuk mempelajari agamamu, dan aku ingin tinggal bersamamu di gereja ini agar aku bisa menyerap semua pelajaran darimu dan bersembahyang bersamamu.” Uskup itu berkata, “Masuklah!” Salman pun masuk ke gereja itu.
Uskup itu ternyata orang yang jahat hatinya. Ia memerintahkan orang untuk bersedekah, namun kemudian ia menimbun sedekah itu untuk diri sendiri. Ia tidak membagikan sedekah mereka kepada orang fakir miskin. Sampai akhirnya ia bisa menimbun tujuh tempayan berisi emas dan perak. Melihat hal itu Salman merasa sangat marah dan benci kepadanya.
Saat uskup itu meninggal dan orang-orang berkumpul untuk menguburnya, Salman berkata kepada mereka, “Sesungguhnya orang ini adalah orang yang jahat hatinya. Ia menyuruh kalian bersedekah tapi ia malah menimbun sedekah kalian untuk dirinya sendiri. Ia tidak membagikannya kepada orang miskin sedikitpun. Aku akan tunjukan kepada kalian tempat penimbunan sedekah itu, mereka keluarkan tujuh tempayan yang penuh dengan emas dan perak. Ketika mereka melihat harta sedekah itu mereka berkata, “Sungguh kami tidak akan mengubur uskup jahat ini untuk selamanya.” Kemudian mereka menyalib jasadnya dan melemparinya dengan batu.
Kemudian mereka mendatangkan orang lain untuk menggantikan uskup yang jahat itu. Uskup yang baru berbeda dengan pendahulunya. Ia orang yang taat beragama, saleh, zuhud, dan cinta kepada akhirat. Oleh sebab itu Salman sangat mencintainya dan ia tinggal bersamanya dalam dalam waktu yang cukup lama. Suatu ketika, datang ajal hendak menjemput uskup itu. Salman berkata kepadanya, “Aku sudah lama tinggal bersamamu dan aku mencintaimu lebih dari cintaku kepada orang lain. Sekarang ketentuan Allah (ajal) hendak menjemputmu. Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku? “sang uskup menjawab, “Anakku, aku tidak mengenal seorang uskup pun yang sepadan denganku, kecuali uskup yang tinggal di Mosul. Pergilah dan bergurulah kepadanya.”
Setelah uskup itu wafat, Salman pergi ke Mosul untuk menemui uskup yang ditunjukkan oleh gurunya. Ia menyampaikan pesan gurunya kepada uskup Mosul, kemudian Salman tinggal dengan uskup Mosul itu beberapa lama, sampai akhirnya uskup itu meninggal. Sebelum meninggal, Salman bertanya kepadanya, “Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku?” Sang uskup menjawab, “Wahai anakku, aku tidak mengenal seorang pun yang sepantar denganku kecuali seorang uskup yang tinggal di Nasibin. Namanya uskup Fulan, temuilah dia!”
Setelah uskup Mosul meninggal, Salman pergi menemui uskup Nasibin, dan menyampaikan pesan gurunya. Ia tinggal bersamanya selama beberapa waktu. Saat uskup Nasibin hendak meninggal, Salman bertanya kepadanya, “Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku?” Uskup itu berpesan agar Salman menemui seorang pendeta di ‘Amuriah, sebuah tempat di wilayah Romawi.
Kemudian Salman pergi menemui uskup ‘Amuriah dan tinggal bersamanya. Salman merasa uskup ‘Amuriah adalah orang yang paling baik yang bisa memberikan petuah-petuahnya. Saat tinggal bersamanya, Salman bekerja sebagai pedagang sapi dan kambing sampai akhirnya ia memiliki banyak binatang ternak. Tatkala uskup ‘Amuriah menghadapi ajal, Salman bertanya, “Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku?” Sang uskup menjawab, “wahai anakku, aku tidak mengenal seorang pun yang sepadan dengan kita. Tetapi janganlah kamu khawatir, karena telah datang zaman diutusnya seorang nabi yang membawa agama Ibrahim yang hanif. Ia akan muncul di tanah Arab. Ia berhijrah ke negeri yang ditumbuhi pohon kurma yang terletak di antara dua kaki bukit (Madinah). Ia mempunyai tanda-tanda kenabian yang jelas, diantaranya: ia tidak makan harta sedekah, ia menerima hadiah, di antara kedua bahunya ada cincin kenabian.” Seusai berwasiat sang uskup itu meninggal dunia.
Salman bertanya, “suatu hari, sebuah kafilah lewat dan aku menanyakan dari makna asal mereka. Mereka menjawab bahwa mereka berasal dari jazirah arab. Aku pun menawarkan kepada mereka, “Aku akan memberi kalian sapi-sapi dan kambing-kambing miliku jika kalian mengijinkan aku ikut dengan kalian. “Mereka menerima tawaran dariku. Lalu mereka membawaku hingga mereka sampai di wadi’ al-qura. Di tempat itu mereka mengkhianatiku dan menjualku kepada seorang lelaki Yahudi. Wadi al’Qura adalah daerah yang banyak ditumbuhi pohon kurma, sehingga aku mengira bahwa itulah negeri yang disebutkan tanda-tandanya padaku dan yang akan menjadi tempat hijrah nabi yang ditunggu-tunggu. Namun ternyata negeri itu bukan negeri yang disebutkan oleh uskup ‘Amuriah. Pada suatu hari datang seorang lelaki Yahudi dari Bai Quraizah. Lelaki itu kemudian membeli Salman dari majikannya dan membawanya pergi ke Madinah. Saat ia melihat Madinah, ia yakin bahwa negeri itu adalah negeri yang diceritakan kepadanya.
Kemudian rasulullah diutus di Mekkah dan beliau hijrah ke Madinah. Suatu hari, Salman berada di atas sebuah pohon kurma milik majikannya sedangkan si majikan duduk mengawasi di bawah pohon. Tiba-tiba datang saudara sepupu si majkan. Orang itu berkata, “Semoga Allah membinasakan Bani Aus dan Khazraj. Hari ini mereka berkumpul di Quba untuk menyambut seorang lelaki yang datang dari Mekkah. Mereka menyangka bahwa ia adalah seorang nabi. “Tatkala telinga Salman mendengar omongannya, hati dan tubuhnya bergetar hingga hampir jatuh dari pohon. Ia bergegas turun dan bertanya kepada majikanya, “Berita apa yang tuan sampaikan?” Si majikan melayangkan tangannya, dan memukul Salman dengan keras. Ia membentak Salman, “Apa urusanmu dengan berita ini?” Teruskan saja pekerjanmu!”
Saat sore hari tiba, Salman mengambil makanan dan pergi menghadap Rasulullah di Quba. Saat salman datang Nabi sedang berkumpul dengan sahabat muhajirin. Salman berkata kepada mereka, “anda sekalian adalah orang asing di sini dan kalian membutuhkan makanan ini. Aku mempunyai sedikit makanan yang kunazarkan untuk sedekah. Kalian lebih berhakmendapatkan makanan ini daripada orang lain. “Kemudian Salman meletakkan makanan itu. Rasulullah berkata kepada sahabatnya, “makanlah oleh kalian dengan menyebut asma Allah!” sedangkan rasulullah sendiri menahan diri dan tidak ikut makan. Salman berkata dalam hati, “ini salah satu pertanda kenabiannya. Ia tidak mau makan dari sedekah.”
Keesokan harinya, Salman kembali datang membawa makanan. Kali ini ia berkata, “kemarin aku melihatmu tidak mau makan sedekah. Hari ini aku membawa makanan sebagai hadiah tanda rasa hormatku kepadamu.” Rasulullah berkata kepada sahabatnya, “Makanlah oleh kalian dengan menyebut asma Allah!” kemudian beliau turut makan makanan dari hadiah. Salman berkata dalam hati, “ini pertanda kedua, yaitu iamau makan hadiah.” Kemudian dia pulang ke rumah.
Pada hari berikutnya iapergi lagi untuk menemui nabi. Ia bertemu Nabi di Baqi’ sedang mengiring jenazah bersama sahabatnya. Salman memberi salam kepada Rasulullah. Kemudian ia berputar membelakangi beliau. Ia ingin memeriksa punggung rasulullah untuk melihat cincin yang diceritakan oleh uskup ‘Amuriah. Ketika Rasulullah melihat kelakuannya, beliau sadar bahwa Salman sedang menyelidiki sesuatu dari dirinya. Maka beliaupun mengangkat kain jubahnya dari punggungnya. Salman dapat melihat dengan jelas cincin kenabian itu persis seperti yang diceritakan kepadanya. Seketika itu juga Salman memeluk Rasulullah dan menciumnya. Ia menangis dan menceritakan pesan uskup ‘Amuriah serta kisah perjalanan hidupnya.
Akhirnya Salman memeluk Islam. Namun status budaknya menyebabkan dia tidak bisa ikut perang Badar dan Uhud. Pada suatu hari Rasulullah berkata, “Tulislah perjanjian pembebasan untuk majikanmu. “Maka Salman pun segera mengadakan perjanjian pembebasan dirinya dari majkannya. Rasulullah memerintahkan para sahabatnya agar membantu membebaskan Salman. Setelah bebas, Salman turut serta bersama Rasulullah dalam perang khandaq. Ia adalah pengagas ide penggalian parit untuk benteng pertahanan Madinah. Setelah itu ia mengikuti semua perang yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasulullah pernah bersabda mengenai Salman, “Salman termasuk dari kami keluarga Nabi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar