MAU BUAT WEBSITE UNTUK USAHA/PERUSAHAAN/YAYASAN DLL KLIK DI BAWAH INI

Hosting Indonesia
ALHAMDULILLAH SEGALA PUJI BAGI ALLAH, YANG MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG. SHOLAWAT DAN SALAM SEMOGA TERCURAHKAN KEPADA NABI MUHAMMAD SAW, KELUARGA DAN SAHABATNYA SERTA ORANG-ORANG YANG SELALU ISTIQOMAH DI JALANNYA. BANYAK CERITA YANG HARUS KITA JADIKAN TAULADAN DALAM MENITI PERJALANAN KEHIDUPAN INI. KISAH-KISAH CERDIK YANG TERKEMAS DALAM KATA-KATA MENARIK ADALAH SALAHSATU TITAH YANG MAMPU MENGGUGAH PEMIKIRAN KITA UNTUK TERUS BELAJAR MENUJU KEBAIKAN. BLOG INI HADIR SEBAGAI WACANA BAGI KITA, SEMOGA DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT KEPADA PARA PEMBACA YANG BUDIMAN DALAM MENGISI KEHIDUPAN YANG LEBIH BERMAKNA. BANYAK BLOG CERITA-CERITA ATAU KISAH-KISAH UNIK DAN MENARIK YANG KITA KETAHUI, TAPI MUDAH-MUDAHAN BLOG INI BISA MENJADI PELENGKAP DIANTARA BLOG-BLOG YANG LAIN. DAN SEMOGA ALLAH DAN PARA PEMBACA YANG BUDIMAN MEMAAFKAN ATAS SEGALA KEKURANGAN YANG ADA PADA BLOG INI.

Kamis, 18 Februari 2010

KISAH TAUBATNYA PEMBUNUH SERATUS ORANG

Rasulullah saw. bercerita, "Dahulu, di antara umat sebelum kamu, ada seorang lelaki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. suatu ketika ia bertanya kepada orang-orang di sekitarnya tentang siapakah yang paling berilmu di muka bumi. ia ditunjukkan pada seorang rahib. si pembunuh itu mendatangi rahib dan mengatakan bahwa ia telah menghabisi sembilan puluh sembilan nyawa. ia bertanya apakah masih bisa bertaubat. si rahib menjawab tidak. lelaki pembunuh itu lantas menghabisi si rahib dan genaplah jumlah korbannya menjadi seratus orang. setelah itu ia kembali bertanya kepada setiap orang tentang orang yang paling berilmu di muka bumi. kemudian ia ditunjukkan pada seorang lelaki alim. kepadanya si pembunuh itu mengatakan bahwa ia telah menghabisi nyawa seratus orang dan bertanya apakah ia masih bisa bertaubat. lelaki alim itu menjawab, "Ya. siapakah yang bisa menghalangi taubat seseorang? pergilah ke negeri anu dan anu. di negeri itu banyak orang-orang yang menyembah Allah swt. sembahlah Allah bersama mereka dan jangan kembali ke negerimu, karena ia adalah negeri yang buruk."
Maka si pembunuh seratus orang itu pergi menuju negeri yang ditunjukkan oleh si alim tersebut. pada saat sekitar separuh jarak perjalanan telah ia lalui, maut datang menjemputnya. malaikat rahmat dan malaikat azab bertengkar memperebutkan si pembunuh itu. malaikat rahmat berkata, "orang ini datang untuk bertaubat menghadap dengan segenap hatinya pada Allah SWT." Malaikat azab mencela, "ia belum melakukan kebaikan sama sekali." kemudian datanglah malaikat lain yang menyamar dalam bentuk manusia, lalu kedua Malaikat yang berselisih itu menjadikannya sebagai penengah perselisihan mereka. malaikat ketiga itu berkata, "ukurlah jarak antara kedua negeri itu ( negeri asal dan negeri tujuansi pembunuh ). arah kemana orang ini lebih dekat, kesitulah ia tergolong. maka mereka pun mengukur jarak antara kedua negeri itu. mereka mendapatkan si pembunuh lebih dekat ke negeri yang hendak dituju. maka Malaikat rahmat membawa orang itu." ( Muttafaq'alaih).
Dalam riwayat lain dalam kitab Shahih "Si pembunuh itu lebih dekat satu jengkal ke negeri orang-orang shalih sehingga ia dimasukkan dalam golongan mereka. "riwayat lain dalam kitab Ash-shahih disebutkan, "Allah perintahkan negeri asal si pembunuh untuk menjauh dan negeri yang dituju untuk mendekat. Kemudian Allah berfirman, "ukurlah jarak antara keduanya. "maka para Malaikat itu mendapati si pembunuh lebih dekat satu jengkal ke negeri tujuan, maka Allah pun mengampuninya."

Rabu, 17 Februari 2010

SEBAB SEBAB TIDAK DITERIMANYA DOA

SEBAB SEBAB TIDAK DITERIMANYA DOA

Al-kisah, suatu ketika Ibrahim Ibn Adham rahimahullah lewat di sebuah pasar kota Basrah. Orang-orang pun mengerumuninya dan berkata, “wahai Abu Ishaq (kinayah dari Ibrahim Ibn Adham) mengapa setiap kali kami berdoa, doa kami tidak dikabulkan? Ibrahim menjawab, “karena hati kalian sudah mati oleh sepuluh perkara:
Pertama, kalian mengetahui (hak-hak) Allah tetapi kalian tidak menunaikan hak-hak tersebut.
Kedua, kalian mengira bahwa kalian mencintai Rasulullah saw tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.
Ketiga, kalian membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkan isinya.
Keempat, kalian makan dari nikmat/ pemberian Allah tetapi kalian tidak mensyukurinya.
Kelima, kalian mengatakan bahwa syetan adalah musuh kalian tetapi kalian tidak memusuhinya.
Keenam, kalian mengatakan bahwa surga adalah haq (benar adanya) namun kalian tidak berbuat untuk mencapai surga itu.
Ketujuh, kalian mengatakan bahwa neraka adalah haq tetapi kalian tidak menjauhkan diri darinya.
Kedelapan, kalian mengatakan bahwa kematian adalah haq namun kalian tidak bersiap menghadapinya.
Kesembilan, kalian bangun dari tidur, lalu kalian menyibukkan diri mencari aib orang lain dan kalian melupakan aib-aib kalian sendiri.
Kesepuluh, kalian mengubur orang-orang mati di antara kalian namun kalian tidak mengambil pelajaran dari mereka.

SIKSA DAN NIKMAT KUBUR

Dari al-barra’ bin ‘Azib, “kami keluar bersama Nabi mengiring jenazah seorang lelaki Anshar. Setelah kami sampai di pekuburan dan sebelum jenazah dikuburkan, Rosulullah saw duduk beristirahat kami ikut duduk di sekelilingnya, seolah-olah di atas kepala kami ada seekor burung. Rasulullah bersabda, “berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur dua atau tiga kali!” selanjutnya beliau bersabda lagi, “seorang hamba beriman bila ia hendak meninggalkan dunia menuju kampung akhirat, para malaikat turun dari langit dengan wajah putih bersinar laksana matahari. Mereka membawa kain kafan dari kafan-kafan surga dan berbagai wewangian juga dari wewangian surga. Kemudian mereka berhenti sejauh mata memandang, lalu malaikat maut datang kepadanya sampai ia duduk di samping kepala mukmin itu. Malaikat berkata, “wahai jiwa yang suci, kembalilah kepada maghfirah dan keridhaan Allah”.
Rasulullah saw melanjutkan, “Maka jiwa mukmin itu keluar seperti mengalirnya tetesan air dari bejana. Sang malaikat maut mencabutnya, ia tidak membiarkan nyawa orang itu walau hanya sekejab mata, melainkan para malaikat meletakkan nyawanya di kain kafan dan wewangian yang mereka bawa. Maka keluarlah aroma semerbak wangi kasturi yang ada di muka bumi.”
Rasulullah bersabda, “lalu para malaikat membawanya naik ke langit setiap kali melewati sekelompok malaikat, mereka bertanya, “aroma wangi apakah ini?” Malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan.” Mereka menyebutnya dengan nama terbaik yang diberikan padanya di dunia. Hingga mereka sampai ke langit dunia. Lalu mereka minta di bukakan pintu langit itu, maka dibukakanlah pintu langit dunia untuk ruh mukmin itu. Kemudian para malaikat muqorrabin penjaga setiap langit mengantarkannya hingga sampai di langit ke tujuh. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-ku di Illiyin dan kembalikanlah ia ketanah sebagaimana Aku ciptakan manusia darinya, kepadanya mereka Aku kembalikan dan darinya Aku bangkitkan mereka pada saat yang lain.”
Rasulullah melanjutkan, “Ruhnya kemudian dikembalikan ke jasadnya, tak lama, dua malaikat mendatangi dan mendudukannya. “Siapa Tuanmu?” korek malaikat. Ia menjawab, “Tuhanku Allah. “malaikat bertanya lagi, ‘Apa agamamu?” ia menjawab, “Agamaku Islam.” Malaikat bertanya lagi, “Siapakah nabimu?” ia menjawab, “Dia adalah Rasulullah saw.” Malaikat bertanya, “Apa yang diajarkan dia kepadamu?” Dia menjawab, “Ia mengajarkan agar aku membaca kitab Allah, maka akupun mengimani kitab tersebut.” Kemudian terdengar suara malaikat (penyeru) dari langit, “Sungguh benar hamba-Ku, maka bentangkanlah permadani dari surga dan bukakan pintu untuknya menuju surga!”
“Maka seketika itu aroma dan wewangian surga berhamburan menyelimutinya dan kuburannya pun dibentangkan seluas jarak mata memandang. Lalu datanglah seorang yang berwajah tampan, berpakaian indah dan berbau wangi. Orang itu berkata, “bergembiralah dengan orang yang membuatmu gembira, hari ini adalah hari yang dijanjikan padamu.” Si Mukmin bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu di mataku adalah wajah yang mendatangkan kebaikan.” Orang itu berkata, “Aku adalah amal perbuatan baikmu.” Si Mukmin berkata, “Ya Tuhan datangkan kiamat agar hamba bisa kembali berkumpul dengan keluarga dan harta bendaku.”
"Rasulullah melanjutkan sabdanya, “seorang hamba yang kafir bila ia akan meninggal dunia menuju alam akhirat, para malaikat turun dari langit dengan wajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar, lalu berhenti mengambil jarak dengan orang itu sejauh pandangan mata. Kemudian datanglah malaikat maut di sebelah atas kepalanya. Malaikat maut berkata, “wahai jiwa yang jahat, keluarlah engkau menuju laknat dan murka Allah.” Maka ia merobek-robek badannya dan mencabut nyawanya laksana besi penusuk sate dicabut dari kain wol yang basah. Saat malaikat maut mencabutnya, ia tidak membiarkan nyawa orang itu ditangannya walau hanya sekejab mata, melainkan para malikat yang lain meletakkannya dalam kain kasar yang mereka. Ruh kafir itu mengeluarkan bau busuk bangkai yang ada di muka bumi. Lalu para malaikat membawanya naik ke langit. Setiap kali mereka melewati sekelompok malaikat penjaga langit, mereka berkata, “Bau busuk apakah ini?” mereka menjawab, “Fulan bin Fulan.” Dengan sebutan nama yang paling buruk yang pernah diberikan padanya di dunia.
”Ketika mereka sampai di langit dunia, mereka mengetuk pintu langit, namun pintu langit dunia tidak dibukakan untuknya. Kemudian rasulullah saw membaca ayat, “sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga sekor unta masuk ke lobang jarum” (QS.al-A’raf:40). Kemudian Allah berfirman, “Tulislah catatan amalnya di dalam Sijjin, di bumi yang paling rendah. Kemudian ruh si kafir itu dilemparkan dengan sekali lemparan. “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (al-Hajj.31).
Kemudian ruh orang kafir itu dikembalikan ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat menemuinya. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapa Tuhanmu?” Si kafir menjawab, “hah, hah, aku tidak tahu.” Kedua malaikat bertanya, “Apa agamamu?” Si kafir menjawab, “hah, hah, aku tidak tahu.” Kedua malaikat bertanya lagi, “Siapa orang yang telah diutus kepadamu?” Si kafir menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu.” Maka terdengar suara dari langit bahwa orang itu telah berdusta. Lalu dibentangkanlah jalan ke neraka dan dibukakan pintu masuk ke dalamnya. Dan keluarlah panas dan racun neraka itu. Orang itu dihimpit liang kuburnya hingga remuk redam tulang rusuknya. Berwajah buruk, berpakaian jelek dan berbau busuk. Orang itu berkata, “Bergembiralah kamu dengan sesuatu yang dijanjikan kepadamu. “Si kafir bertanya, “Siapakah kamu? Wajahmu, wajah yang mendatangkan keburukan.” Orang itu menjawab, “Si kafir berkata, “Ya Tuhan jangan Engkau datangkan kiamat.” ( Hadits riwayat al-Baihaqi dengan sanad yang shahih ).”

SEPATU AJAIB ABU NAWAS

SEPATU AJAIB ABU NAWAS
Pada suatu hari, sehabis sholat subuh Abu Nawas buru-buru ke pasar. Ia ingin membeli barang-barang kebutuhan dapurnya. Sepanjang jalan ia selalu menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya. Maklum, ia tergolong orang yang ramah. Beberapa lama kemudian ia sampai di pasar. Ia tidak langsung membeli barang-barang keperluannya. Ia sengaja berjalan-jalan terlebih dahulu untuk melihat-lihat keadaan di dalam pasar. Ketika ia sampai di salah satu sudut pasar, pandangannya tertuju pada kerumunan orang. “hayo tuan-tuan, ini barang murah…ini barang antik…” teriak seorang lelaki tua menawarkan dagangannya di tengah kerumunan.
Abu Nawas bergegas menuju kerumunan orang itu. Dilihatnya banyak sekali barang bagus yang dijual dengan harga dibawah harga pasar. Sebagaimana yang lain, Abu Nawas pun ikut memilih-milih barang. Siapa tahu ada barang yang dibutuhkannya.
Sudah beberapa barang dilihat-lihatnya, dipegang dan diteliti dengan seksama, namun Abu Nawas kurang tertarik. Ia segera mengembalikan barang-barang itu pada tempatnya. “ini barang apa, tuan?” tanya Abu Nawas sambil tangannya menunjuk barang yang masih terbungkus.
“O, itu” kata si pedagang, “itu sepatu ajaib, “jawabnya.
“sepatu ajaib?” tanya Abu Nawas penasaran.
“ Benar tuan. Itu sepatu ajaib yang tidak sembarangan orang memilikinya.
Abu Nawas semakin penasaran, lalu ia bertanya lagi, “Apa kehebatan sepatu ajaib ini?”
“Kehebannya adalah, bila tuan membelinya, tuan akan dikenal banyak orang. Sebab sangat sedikit orang memiliki dan memakai sepatu ini. Begitu juga, bila tuan semula adalah orang yang tidak punya, maka akan menjadi orang berpunya.”
“Hebat sekali….berapa harganya?”
“Murah tuan, hanya 500 dinar.”
“Wah, itu terlalu mahal, “ sergah Abu Nawas, “tapi biarlah, ini saya beli, ya”
Pedagang itu kemudian membungkus sepatu ajaib dan diserahkan kepada Abu Nawas. Karena Abu Nawas hanya membawa uang 500 dinar, iapun langsung pulang, tidak jadi membeli barang-barang keperluannya.
Ketika sampai di rumah, Abu Nawas hampir saja dimarahi istrinya. Sebab istrinya telah cukup lama menunggu kedatangannya beserta bahan-bahan makanan untuk dimasak hari itu. Tetapi yang dibawa malah sebuah sepatu. Ketika istrinya akan marah, Abu Nawas menghiburnya, “maafkan aku istriku, aku belum berbelanja untuk keperluan makan hari ini. Tetapi aku membawa sesuatu yang bisa membuat kita segera menjadi orang yang terkenal dan kaya mendadak.”
Sambil mengeluarkan sepatu ajaib itu dari bungkusnya, Abu Nawas terus menghibur istrinya. “lagi pula untuk keperluan masak hari ini, kita ‘kan bisa membelinya di toko terdekat sini. “mendengar perkataan Abu Nawas yang demikian, istrinya pun bisa menerimanya.
Beberapa hari telah berlalu, Abu Nawas terus menunggu. Di dalam pikirannya terbayang sebentar lagi ia akan menjadi orang kaya dan terkenal. Hari berganti hari, hingga sampai sebulan sudah ia menunggu. Namun saat saat yang di impikan itu tetap saja tak kunjung jadi kenyataan. Akhirnya Abu Nawas memutuskan untuk memakai sepatu ajaib itu ke makna saja ia pergi. Sampai sampai Abu Nawas menjadi terkenal, sebagai pemilik sepatu ajaib.
Namun anehnya, setiap kali Abu Nawas memakai sepatu tersebut, setiap kali itu pula kakinya lecet, terluka. Maklum, sepatu itu sangat kasar fisiknya. Barangkali karena sangat kasar ini pula yang menyebabkan orang orang tidak mau membelinya. Pendek kata, hanya Abu Nawas yang memiliki sepatu seperti itu.
Karena setiap kali sepatu itu dipakai selalu melukai kakinya, Abu Nawas pun kemudian berniat membuang sepatu tersebut. Ia lalu melemparkannya ke atas genting. Sengaja ia melemparkannya kesana, karena siapa tahu kapan-kapan sepatu itu bisa dimanfaatkan lagi. Tetapi karena melemparkannya terlalu keras, genting rumahnya banyak yang pecah dan rontok ke tanah.
“Sepatu sialan!” gerutunya. “sudah sering melukai kaki bila dipakai, sekarang malah membuat genting rumahku rontok dan banyak yang pecah.”
Ia kemudian mengambil sepatu itu dan melemparkannya ke parit di depan rumah. Namun apa yang terjadi? Ketika musim penghujan datang, parit itu tersumbat dan airnya pun tidak bisa mengalir lancar. Akibatnya, air membludak ke mana-mana. Seluruh desa tergenang air.
Para penduduk pun beramai-ramai membersihkan parit. Hingga sampai akhirnya salah satu di antara mereka ada yang melihat sesuatu yang menyumbat aliran air. Ia kemudian mengambinya dari parit tersebut. “ternyata sepatu ini yang menyebabkan kampung kita menjadi banjir, “kata orang itu sambil menunjukkan kepada teman-temannya.
“Ini ‘kan sepatu milik Abu Nawas yang sering dipakai itu?” sahut yang lain.
Karena itu, Abu Nawas pun kemudian dimarahi para penduduk. Sementara Abu Nawas sendiri hanya bisa diam, sebab bagaimanapun ia telah bersalah membuang sepatu ajaib itu ke parit.
“Sepatu ini kembali membawa kemalangan bagi saya,” desah Abu Nawas. “saatnya kini aku harus menyingkirkannya jauh-jauh, namun bagaimana caranya?!”
Rupanya ia tidak mau menempuh cara seperti yang pernah dilakukannya terdahulu. Ia berpikir untuk menemukan cara terbaik menyingkirkan sepatu ajaib itu. Lama ia termenung, hingga akhirnya malam pun tiba, “nah, sekarang aku menemukan cara yang bagus,” ucap Abu Nawas spontan. “aku akan mengubur sepatu ini ke tanah sedalam-dalamnya agar tidak lagi menimbulkan kemalangan bagiku.”
Malam itu juga Abu Nawas berniat untuk mengubur sepatu ajaibnya. Ia tidak ingin lagi berlama-lama bersamanya.
Abu Nawas kemudian keluar dari pintu belakang rumahnya. Sengaja begitu, karena ia tidak ingin ada orang lain melihat apa yang sedang ia kerjakan. Tak lama kemudian ia sudah memasukkan sepatu itu ke dalam lubang galian. Setelah selesai menimbunnya dengan tanah, ia pun bergegas kembali masuk ke rumahnya. Hatinya merasa lega. Sebab sesuatu yang membuatnya sial telah ia singkirkan dari hadapannya.
Akan tetapi tanpa sepengetahuan Abu Nawas, sepatu ajaib itu telah digali dan diambil oleh pencuri yang sejak lama mengintai gerak-geriknya tadi. Pencuri itu mengira bahwa Abu Nawas menimbun emas yang sangat banyak.
Karena malam itu sangat gelap sekali, pencuri itu pun langsung membawanya pergi tanpa mengetahui barang apa sebenarnya yang ia bawa. Dalam hatinya Cuma ada satu, yakni ia telah mendapatkan emas yang sangat banyak.
Namun ketika pencuri itu sampai di depan rumah penduduk yang ada lampunya, ia baru menyadari bahwa yang dibawanya itu bukan emas. “Astaga….! Ternyata ini hanya sebuah sepatu jelek!” teriak pencuri itu sembari membantingnya.
Karena pencuri itu belum mendapatkan barang sedikitpun yang bisa dibawa pulang, akhirnya untuk melampiaskan kekecewaannya, ia pun mencuri dan menguras habis barang-barang di dalam rumah yang ada lampunya tersebut.
Keesokan harinya si pemilik rumah itu terkejut bukan main. Semua barang yang ada di dalam rumahnya telah habis disikat pencuri. Ia kemudian memeriksa sudut-sudut rumahnya, dengan harapan masih ada barang berharga yang tersisa. Selang beberapa saat kemudian, pemilik rumah itu menemukan sesuatu yang tergeletak di halaman rumahnya. “lho ini “kan sepatu ajaib milik Abu Nawas,” ucapnya ketika mengingat pemilik sepatu itu yang tidak lain adalah Abu Nawas. ‘mengapa ada disini? Jangan-jangan yang mencuri tadi malam adalah Abu Nawas, “pikirnya kemudian.
Bersama-sama orang sekampung, pemilik rumah yang kecurian itu kemudian mendatangi rumah Abu Nawas. Ketika sampai di rumahnya, Abu Nawas terkejut bukan main, ketika dituduh sebagai pencuri. “bila aku yang mencuri, apa buktinya?! “bantah Abu Nawas.
“Ini buktinya, “jawab pemilik rumah yang kecurian itu, sambil menunjukkan sepatu Abu Nawas. ‘bukankah ini sepatu milikmu yang tertinggal tadi malam saat engkau mencuri?”
Abu Nawas seketika itu juga menyadari apa yang terjadi. Ia lalu menjelaskan perkara yang sebenarnya sejak awal hingga akhir. Orang-orang itu pun percaya dengan penuturan Abu Nawas, sebab Abu Nawas selama ini dikenal sebagai orang jujur dan berbudi pekerti baik.
Setelah para penduduk meninggalkan rumahnya, Abu Nawas pun kemudian bermaksud mengembalikan sepatu ajaib itu kepedagang di pasar tempat ia membeli. Setelah berpamitan dengan istrinya, ia segera pergi ke pasar untuk menemui si pedagang sepatu tersebut. Tak lama kemudian, sampailah juga ia di pasar dan menemukan pedagang yang dimaksud.
“Assalamu’alaikum!” ucap Abu Nawas memberi salam.
“Wa’alaikum salam,” jawab si pedagang, “oh, engkau Tuan, bagaimana kabarmu?”
“Kabar jelek. Aku selalu ditimpa kemalangan!” jawab Abu Nawas ketus.
“Ditimpa kemalangan bagaimana?” tanya pedagang itu penasaran.
“Gara-gara sepatu ini, aku terus menerus ditimpa kemalangan. Padahal dulu engkau mengatakan bahwa sepatu ini bisa mendatangkan keberuntungan. Aku bisa menjadi orang terkenal dan kaya. Tetapi makna buktinya? Malah aku sering kena marah dari penduduk kampung karena sepatu ini.
“Seingat saya, saya tidak pernah mengatakan seperti itu tuan?” jawab si pedagang tua itu mengelak. “saya mengatakan bahwa bila tuan semula adalah orang yang tidak punya, maka tuan akan menjadi orang yang punya. Buktinya sekarang tuan telah mempunyai sepatu ini dan dikenal oleh orang banyak karena memilikinya.”
Mendengar penuturan edagang itu, abu Nawas hanya bisa diam. Ia menyadari bahwa dirinya telah salah tafsir. ‘tapi….tapi….mengapa sepatu ini engkau katakan sepatu ajaib?” tanya Abu Nawas kemudian.
“Oh, itu?” pedagang tersebut menjawab, “sebab merk sepatu itu bernama Ajaib. Jadi pantaslah bila saya menyebutnya dengansepatu ajaib, sebagaimana kita menyebut ikan emas. Sebab ikan itu berwarna seperti emas.”
Lagi-lagi Abu Nawas tidak bisa berkata apa-apa mendengar penuturan pedagang itu. Lantas, ia mohon diri begitu saja. ‘Tapi tunggu tuan!” cegah pedagang itu ketika melihat Abu Nawas bergegas pergi. “Saya ingin mengatakan sesuatu kepada tuan.”
“Ya, silahkan! Apa yang ingin kamu katakan, “jawab Abu Nawas.
“Saya ingin berpesan, janganlah sekali-kali di hati tuan ada sedikitpun rasa percaya bahwa sesuatu selain Allah itu bisa mendatangkan kekayaan atau keberuntungan atau yang lainnya. Sebab percaya pada sesuatu selain Allah itu bisa membuat kita syirik dan mendapatkan kesusahan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu, segeralah bertaubat kepada Allah swt. Sebelum segalanya terlambat. Memang, syirik seperti ini jarang sekali kita sadari, kecuali oleh hamba-hamba Allah yang selalu berserah diri kepada-Nya.”
Mendengar penuturan seperti itu, Abu Nawas baru menyadari kesalahannya. Ternyata banyak sekali hal-hal yang bisa membawa kepada perbuatan yang dimurkai Allah. Mulai saat itulah ia sangat berhati-hati kepada hal-hal yang kadang-kadang tanpa disadari akan menjerumuskan kita pada perbuatan syirik kepada Allah swt. Astaghfirullaahal “azhiim wa atuubu ilaihi.

PENCURI YANG BERTAQWA

PENCURI YANG BERTAQWA

Ada seorang pemuda yang bertaqwa, namun sangat lugu. Ketika dia belajar pada seorang Syaikh beberapa lama dan telah tiba kelulusannya, sang Syaikh menasehatinya beserta teman-temannya, “kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya seorang ‘alim yang memadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, maka tiada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Bawalah selalu ketaqwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.
Pemuda itu kemudian pergi menemui ibunya untuk bertanya, “Ibu, apakah pekerjaan ayahku dahulu?” dengan bergetar ibunya menjawab, “Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Sipemuda ini terus mendesak agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun karena terus didesak, akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara, dengan nada jengkel dia berkata, “Ayahmu itu dulu seorang pencuri.”
Pemuda itu berkata, “Guruku memerintahkan kami –murid-muridnya- agar bekerja dengan pekerjaan ayahnya dan dengan ketaqwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjan tersebut.” Ibunya menyela, “wahai anakku, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketaqwaan?” kemudian anaknya yang begitu polos menjawab, “Ya, begitulah kata guruku.”
Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang tentang pencuri dan belajar bagaimana para pencuri melakukan aksinya. Saatnya kini ia beraksi. Kemudian dia mulai menyiapkan alat-alat untuk mencuri. Selepas shalat isya’, dia menunggu sampai semua orang tidur. Setelah saatnya tepat, dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, sebagaimana perintah gurunya.
Dia memulai aksinya dengan membidik rumah tetangganya. Ketika hendak memasuki rumah itu, dia ingat pesan gurunya agar selalu bertaqwa. Padahal mengganggu tetangga adalah tindakan yang tidak termasuk taqwa. Akhirnya, ia pergi meninggalkan rumah tetangganya itu. Ia melewati rumah lain yang dia tahu bahwa itu milik anak yatim. Dia berkata pada dirinya, “ini rumah anak yatim, Allah memperingatkan kita agar tidak memakan harta anak yatim.”
Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang kebetulan tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah maklum bahwa pedagang ini memiliki harta yang lebih dari cukup. “ha, disini, ‘batinnya. Pemuda itu kemudian mulai beraksi. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang telah disiapkan setelah berhasil membukanya, ternyata rumah itu besar dan banyak kamarnya. Dia mengelilingi seluruh ruangannya, hingga ia menemukan tempat penyimpanan harta. Dia mendapati sebuah kotak besar dan membukanya. Didapatinya emas, perak, dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk segera mengambilnya, lalu dia berkata pelan, “eh, jangan. Guruku berpesan agar aku selalu bertaqwa. Tapi, barangkali si pedagang pemilik harta ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.
Dia mengambilnya buku-buku catatan di situ lalu menyalakan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dihitungnya semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya.
Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Ketika menoleh kejendela, dilihatnya fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri, “ingat, bertaqwalah kepada Allah! Kau harus melaksanakan sholat subuh!” kemudian dia menuju ruangan tengah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan sholat sunnah.
Tiba-tiba tuan rumah terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan sholat. Istrinya bertanya, ‘apa ini?” Suaminya menjawab, “Aku juga tidak tahu.” Lalu dia menghampiri orang yang sedang sholat itu, “Hai, kurang ajar, siapa kau ini?” Si pencuri berkata, “Sholat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu lalu kita sholat berjama’ah. Anda tuan rumah, maka anda yang berhak menjadi imam.”
Karena khawatir pencuri itu membawa senjata, si tuan rumah menuruti perintahnya. Tetapi ia tidak tahu, bagaimana dia bisa sholat. Selesai sholat dia bertanya, “sekarang katakan, siapa kamu dan apa urusanmu?” dia menjawab, “saya ini pencuri.”
“lalu apa yang kamu lakukan dengan buku-buku catatanku itu?” tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab, “aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan, yang ternyata sudah selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak.”
Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terkejut dan heran. Lalu dia berkata, “Heh, apa urusanmu sebenarnya. Apa kamu ini orang gila?” Mulailah si pencuri itu bercerita sejak dari awal. Setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya, mengetahui ketepatan dan kepandaiannya dalam menghitung, kejujuran kata-katanya, dan mengetahui manfaat zakat, kemudian dia menemui istri dan putrinya.
Setelah beberapa waktu mereka berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, dan berkata, “bagaimana sekiranya engkau aku nikahkan dengan putriku? Aku akan angkat engkau menjadi sekretaris dan akutanku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. ‘ Ia menjawab, “Aku setuju.”
Di pagi hari itu pula pemilik rumah itu memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya dengan pemuda pencuri itu.

KISAH TIGA ORANG RIYA'

KISAH TIGA ORANG RIYA’

Rasulullah saw bersabda, “orang pertama yang diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang mati syahid. Ia dipanggil dihadapan Tuhan dan diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya. Tuhan bertanya, ‘Apakah yang kamu perbuat untuk mendapatkan mati syahid?” lelaki itu menjawab, “Aku berperang demi (mendapatkan) ridha-Mu hingga aku gugur di medan laga. Tuhan berkata, “Kamu berdusta! Kamu berbuat demikian supaya kamu dibilang orang pemberani dan sungguh kamu telah mendapatkan keinginan itu, lalu dia diseret dan dilemparkan dalam api neraka.”
“Orang kedua adalah seorang lelaki yang tekun menuntut ilmu, mengajarkan ilmunya dan membaca al-Qur’an. Ia dipanggil di hadapan Tuhan dan diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenali. Tuhan bertanya, “apa yang telah kamu perbuat dengannya (menuntut ilmu)? Lelaki itu menjawab, “Hamba menuntut ilmu, mengajarkan kepada orang lain dan membaca al_Qur’an demi Engkau, Tuhan. Tuhan berkata, “kamu telah berdusta! Kamu menuntut ilmu supaya dibilang orang pintar lalu kamu membaca al-qur’an supaya dibilang qari’ yang bagus dan sungguh kamu telah mendapatkan semua itu. Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan dalam api neraka.”
“Orang ketiga yaitu seorang lelaki yang dilapangkan dan di karuniai Allah segala macam harta benda dipanggil di hadapan Tuhan, diperlihatkan kepadanya amal perbuatan dan ia pun mengenalinya. Tuhan bertanya, “Apa yang telah kamu perbuat terhadap hartamu?” lelaki itu menjawab, “aku tak pernah melewatkan kesempatan menafkahkan harta bendaku di jalan-Mu dan itu demi Engkau ya Tuhanku”. Tuhan berkata, “kamu telah berdusta! Kamu tidak melakukan semua itu kecuali dengan pamrih supaya dibilang orang dermawan dan kamu telah mendapatkan semua itu. Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka.”

KISAH PENCARI KEBENARAN (KISAH SALMAN AL-FARISI)

KISAH PENCARI KEBENARAN (KISAH SALMAN AL-FARISI)

Salman adalah seorang berkebangsaan persia. Ia tinggal di wilayah Asbahan. Ayahnya seorang kepala kampung dan salman adalah anak yang paling dicintai. Salman memeluk agama majusi dan termasuk orang yang tekun mengamalkan agamanya, hingga diangkat menjadi penjaga api yang bertugas menjaganya supaya tidak padam karena orang kampung itu termasuk penyembah api. Ayah Salman mempunyai sepetak ladang, pada suatu hari ayahnya berkata, “Pergilah keladang dan lihatlah keadaannya!” Salman pun pergi ke ladang ayahnya. Dalam perjalanan ia melewati sebuah gereja milik orang nasrani. Ia mendengar mereka sedang sembahyang (melakukan misa) maka ia pun masuk dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Ia tertarik pada sembahyang mereka dan timbul keinginan masuk agama Nasrani. Salman bergumam dalam hati, “Sungguh agama mereka lebih baik dari agama kami. Ia turut mengikuti misa mereka hingga matahari terbenam dan ia tidak jadi pergi ke ladang milik ayahnya. Kemudian dia bertanya kepada orang nasrani tentang asal usul agama mereka. Mereka menjawab, “Agama kami berasal dari Syam.”
Kemudian Salman pulang menemui ayahnya. Ia menceritakan, “Ayah, aku baru saja melewati suatu kaum yang sedang sembahyang di gereja. Aku merasa tertarik dengan tatacara sembahyang mereka dan menurutku agama mereka lebih baik dari agama kita.” Ayahnya menjawab, “Anakku, agama mereka lebih baik dari agamamu, bahkan agama (majusi ) lebih baik dari agama mereka. “Salman membantah, “Tidak, justru agama mereka lebih baik dari agama kita.” Ayah Salman tidak menggubris omongannya lagi. Ia khawatir kalau anaknya si Slaman meninggalkan agama majusi dan masuk nasrani. Maka kemudian ia mengikat kedua kaki Salman dan menahannya di dalam rumah. Namun Salman kemudian mengirimkan surat kepada orang-orang nasrani. Ia menyatakan kepada mereka bahwa ia masuk agama yang mereka peluk. Ia berpesan bila datang kepada kalian rombongan dari Syam, beritahu diriku karena aku ingin pergi ke Syam bersama mereka.
Kemudian Salman mematahkan rantai besi dan melepaskan ikatan tali yang membelenggu dirinya, lalu pergi bersama orang-orang Syam menuju negeri mereka. Sesampai di syam, ia bertanya kepada penduduk kota itu, “Seorang uskup yang tinggal di sebuah gereja.” Kemudian Salman pergi menemui uskup itu. Ia berkata, “Sungguh aku tertarik untuk mempelajari agamamu, dan aku ingin tinggal bersamamu di gereja ini agar aku bisa menyerap semua pelajaran darimu dan bersembahyang bersamamu.” Uskup itu berkata, “Masuklah!” Salman pun masuk ke gereja itu.
Uskup itu ternyata orang yang jahat hatinya. Ia memerintahkan orang untuk bersedekah, namun kemudian ia menimbun sedekah itu untuk diri sendiri. Ia tidak membagikan sedekah mereka kepada orang fakir miskin. Sampai akhirnya ia bisa menimbun tujuh tempayan berisi emas dan perak. Melihat hal itu Salman merasa sangat marah dan benci kepadanya.
Saat uskup itu meninggal dan orang-orang berkumpul untuk menguburnya, Salman berkata kepada mereka, “Sesungguhnya orang ini adalah orang yang jahat hatinya. Ia menyuruh kalian bersedekah tapi ia malah menimbun sedekah kalian untuk dirinya sendiri. Ia tidak membagikannya kepada orang miskin sedikitpun. Aku akan tunjukan kepada kalian tempat penimbunan sedekah itu, mereka keluarkan tujuh tempayan yang penuh dengan emas dan perak. Ketika mereka melihat harta sedekah itu mereka berkata, “Sungguh kami tidak akan mengubur uskup jahat ini untuk selamanya.” Kemudian mereka menyalib jasadnya dan melemparinya dengan batu.
Kemudian mereka mendatangkan orang lain untuk menggantikan uskup yang jahat itu. Uskup yang baru berbeda dengan pendahulunya. Ia orang yang taat beragama, saleh, zuhud, dan cinta kepada akhirat. Oleh sebab itu Salman sangat mencintainya dan ia tinggal bersamanya dalam dalam waktu yang cukup lama. Suatu ketika, datang ajal hendak menjemput uskup itu. Salman berkata kepadanya, “Aku sudah lama tinggal bersamamu dan aku mencintaimu lebih dari cintaku kepada orang lain. Sekarang ketentuan Allah (ajal) hendak menjemputmu. Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku? “sang uskup menjawab, “Anakku, aku tidak mengenal seorang uskup pun yang sepadan denganku, kecuali uskup yang tinggal di Mosul. Pergilah dan bergurulah kepadanya.”
Setelah uskup itu wafat, Salman pergi ke Mosul untuk menemui uskup yang ditunjukkan oleh gurunya. Ia menyampaikan pesan gurunya kepada uskup Mosul, kemudian Salman tinggal dengan uskup Mosul itu beberapa lama, sampai akhirnya uskup itu meninggal. Sebelum meninggal, Salman bertanya kepadanya, “Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku?” Sang uskup menjawab, “Wahai anakku, aku tidak mengenal seorang pun yang sepantar denganku kecuali seorang uskup yang tinggal di Nasibin. Namanya uskup Fulan, temuilah dia!”
Setelah uskup Mosul meninggal, Salman pergi menemui uskup Nasibin, dan menyampaikan pesan gurunya. Ia tinggal bersamanya selama beberapa waktu. Saat uskup Nasibin hendak meninggal, Salman bertanya kepadanya, “Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku?” Uskup itu berpesan agar Salman menemui seorang pendeta di ‘Amuriah, sebuah tempat di wilayah Romawi.
Kemudian Salman pergi menemui uskup ‘Amuriah dan tinggal bersamanya. Salman merasa uskup ‘Amuriah adalah orang yang paling baik yang bisa memberikan petuah-petuahnya. Saat tinggal bersamanya, Salman bekerja sebagai pedagang sapi dan kambing sampai akhirnya ia memiliki banyak binatang ternak. Tatkala uskup ‘Amuriah menghadapi ajal, Salman bertanya, “Apa yang ingin engkau wasiatkan kepadaku?” Sang uskup menjawab, “wahai anakku, aku tidak mengenal seorang pun yang sepadan dengan kita. Tetapi janganlah kamu khawatir, karena telah datang zaman diutusnya seorang nabi yang membawa agama Ibrahim yang hanif. Ia akan muncul di tanah Arab. Ia berhijrah ke negeri yang ditumbuhi pohon kurma yang terletak di antara dua kaki bukit (Madinah). Ia mempunyai tanda-tanda kenabian yang jelas, diantaranya: ia tidak makan harta sedekah, ia menerima hadiah, di antara kedua bahunya ada cincin kenabian.” Seusai berwasiat sang uskup itu meninggal dunia.
Salman bertanya, “suatu hari, sebuah kafilah lewat dan aku menanyakan dari makna asal mereka. Mereka menjawab bahwa mereka berasal dari jazirah arab. Aku pun menawarkan kepada mereka, “Aku akan memberi kalian sapi-sapi dan kambing-kambing miliku jika kalian mengijinkan aku ikut dengan kalian. “Mereka menerima tawaran dariku. Lalu mereka membawaku hingga mereka sampai di wadi’ al-qura. Di tempat itu mereka mengkhianatiku dan menjualku kepada seorang lelaki Yahudi. Wadi al’Qura adalah daerah yang banyak ditumbuhi pohon kurma, sehingga aku mengira bahwa itulah negeri yang disebutkan tanda-tandanya padaku dan yang akan menjadi tempat hijrah nabi yang ditunggu-tunggu. Namun ternyata negeri itu bukan negeri yang disebutkan oleh uskup ‘Amuriah. Pada suatu hari datang seorang lelaki Yahudi dari Bai Quraizah. Lelaki itu kemudian membeli Salman dari majikannya dan membawanya pergi ke Madinah. Saat ia melihat Madinah, ia yakin bahwa negeri itu adalah negeri yang diceritakan kepadanya.
Kemudian rasulullah diutus di Mekkah dan beliau hijrah ke Madinah. Suatu hari, Salman berada di atas sebuah pohon kurma milik majikannya sedangkan si majikan duduk mengawasi di bawah pohon. Tiba-tiba datang saudara sepupu si majkan. Orang itu berkata, “Semoga Allah membinasakan Bani Aus dan Khazraj. Hari ini mereka berkumpul di Quba untuk menyambut seorang lelaki yang datang dari Mekkah. Mereka menyangka bahwa ia adalah seorang nabi. “Tatkala telinga Salman mendengar omongannya, hati dan tubuhnya bergetar hingga hampir jatuh dari pohon. Ia bergegas turun dan bertanya kepada majikanya, “Berita apa yang tuan sampaikan?” Si majikan melayangkan tangannya, dan memukul Salman dengan keras. Ia membentak Salman, “Apa urusanmu dengan berita ini?” Teruskan saja pekerjanmu!”
Saat sore hari tiba, Salman mengambil makanan dan pergi menghadap Rasulullah di Quba. Saat salman datang Nabi sedang berkumpul dengan sahabat muhajirin. Salman berkata kepada mereka, “anda sekalian adalah orang asing di sini dan kalian membutuhkan makanan ini. Aku mempunyai sedikit makanan yang kunazarkan untuk sedekah. Kalian lebih berhakmendapatkan makanan ini daripada orang lain. “Kemudian Salman meletakkan makanan itu. Rasulullah berkata kepada sahabatnya, “makanlah oleh kalian dengan menyebut asma Allah!” sedangkan rasulullah sendiri menahan diri dan tidak ikut makan. Salman berkata dalam hati, “ini salah satu pertanda kenabiannya. Ia tidak mau makan dari sedekah.”
Keesokan harinya, Salman kembali datang membawa makanan. Kali ini ia berkata, “kemarin aku melihatmu tidak mau makan sedekah. Hari ini aku membawa makanan sebagai hadiah tanda rasa hormatku kepadamu.” Rasulullah berkata kepada sahabatnya, “Makanlah oleh kalian dengan menyebut asma Allah!” kemudian beliau turut makan makanan dari hadiah. Salman berkata dalam hati, “ini pertanda kedua, yaitu iamau makan hadiah.” Kemudian dia pulang ke rumah.
Pada hari berikutnya iapergi lagi untuk menemui nabi. Ia bertemu Nabi di Baqi’ sedang mengiring jenazah bersama sahabatnya. Salman memberi salam kepada Rasulullah. Kemudian ia berputar membelakangi beliau. Ia ingin memeriksa punggung rasulullah untuk melihat cincin yang diceritakan oleh uskup ‘Amuriah. Ketika Rasulullah melihat kelakuannya, beliau sadar bahwa Salman sedang menyelidiki sesuatu dari dirinya. Maka beliaupun mengangkat kain jubahnya dari punggungnya. Salman dapat melihat dengan jelas cincin kenabian itu persis seperti yang diceritakan kepadanya. Seketika itu juga Salman memeluk Rasulullah dan menciumnya. Ia menangis dan menceritakan pesan uskup ‘Amuriah serta kisah perjalanan hidupnya.
Akhirnya Salman memeluk Islam. Namun status budaknya menyebabkan dia tidak bisa ikut perang Badar dan Uhud. Pada suatu hari Rasulullah berkata, “Tulislah perjanjian pembebasan untuk majikanmu. “Maka Salman pun segera mengadakan perjanjian pembebasan dirinya dari majkannya. Rasulullah memerintahkan para sahabatnya agar membantu membebaskan Salman. Setelah bebas, Salman turut serta bersama Rasulullah dalam perang khandaq. Ia adalah pengagas ide penggalian parit untuk benteng pertahanan Madinah. Setelah itu ia mengikuti semua perang yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasulullah pernah bersabda mengenai Salman, “Salman termasuk dari kami keluarga Nabi.”

KISAH ADAM DAN NABI MUSA AS

KISAH ADAM DAN NABI MUSA AS
Rosulullah saw bersabda, “Suatu ketika Adam dan Musa terlibat dalam perdebatan. Musa berkata kepada Adam, “Wahai Adam, kamu adalah bapak kami, namun telah mengeluarkan kami dari surga. “Adam menjawab, “wahai Musa, Allah telah memilih (melebihkan) kamu dari sekalian manusia dengan mengajakmu berbicara langsung dengan-Nya dan telah menuliskan lembaran-lembaran mushaf dengan-Nya. Apakah kamu mencela diriku atas suatu perkara yang telah ditentukan Allah empat puluh empat tahun sebelum Ia menciptakan diriku.” Kemudian kedua orang itu berargumen. (Hadis Riwayat Al-Bukhori)

KETELADANAN UMAR

KETELADANAN UMAR
Suatu ketika, Umar Bin aL-Khathab ra. Yang saat itu menjadi Amirul Mukminin membeli seekor kuda. Umar mencoba menunggangi kuda itu menjauh dari penjual, namun naas kuda itu mengalami cedera. Hati kecilnya mengatakan bahwa ia harus mengembalikan kuda karena menyangka bahwa si penjual itu telah menipunya. Namun si penjual menolak menerima kembali kiuda itu dari Amirul Mukminin. Kira-kira apakah yang dilakukan Amirul Mukminin terhadap orang yang berperkara dengannya? Apakah Umar menyuruh agar orang ini ditangkap? Atau ia mengajukan tuduhan palsu atas orang itu? Tidak sama sekali.
Umar mengajukan gugatan atas orang itu, namun orang yang tergugat bersikeras bahwa dialah yang harus memilih hakim untuk menangani perkara mereka. Dan benar, orang itu memilih Syuraih, hakim yang dikenal dengan keadilannya. Umar pun harus duduk dikursi pesakitan sebagai tertuduh. Sang hakim mengeluarkan keputusannya dan menganggap Umar bersalah sesuai dengan “rasa keadilan.” Sang hakim berkata, “bayarlah kuda yang engkau beli atau kembalikan kuda itu dalam keadaan seperti semula (tanpa cidera).” Umar menanggapi putusan itu dengan perasaan gembira. Ia menatap syuraih sebuah keadilan.” Demikianlah seharusnya sebuah pengadilan.” Umar tidak memerintahkan untuk memenjarakan hakim, tidak pula kuda itu, atau menuduhnya membahayakan keamanan negara. Bahkan umar mengangkatnya menjadi hakim di wilayah kufah sebagai penghargaan atas perbuatannya.

BIANG SEGALA KEJAHATAN

BIANG SEGALA KEJAHATAN

Suatu ketika, Utsman bin ‘Affan berdiri di atas mimbar untuk menyampaikan khotbah. Utsman menyeru “Wahai manusia, jauhilah khamr ( Arak ) karena dia adalah biang dari segala kejahatan. Dulu hiduplah seorang Abid ahli ibadah. Suatu hari, dia tidak berangkat ke masjid. Seorang wanita pelacur datang menemuinya. Wanita itu menyuruh pembantunya agar memasukkan lelaki itu dalam rumah dan mengunci semua pintu. Dalam rumah wanita pelacur itu ada khamr (arak ) dan ada seoramng anak kecil. Wanita pelacur itu berkata, “engkau tidak boleh pergi dari sini sampai engkau menyetubuhiku, atau engkau membunuh anak kecil ini. Jika engkau tidak mau maka aku akan berteriak bahwa kamu telah menyusup ke rumahku. Siapa yang akan mempercayai perkataanmu?”
Lelaki itu menyahut ‘aku tidak akan melakukan zina’. Sedangkan anak kecil itu aku tidak akanmembunuhnya.” Ia memilih meminum khamr (gelas demi gelas) sampai ia mabuk dan menyetubuhi pelacur itu sampai membunuh anak kecil itu “Utsman ra. Melanjutkan “jauhilah khamr karena ia adalah biang segala kejahatan. Sungguh demi Allah antara iman dan khamr tidak akan berkumpul dalam hati seorang muslim kecuali salah satu diantara keduanya saling melenyapkan yang lainnya.

BEDA SIHIR DAN GANGGUAN JIN

BEDA SIHIR DAN GANGGUAN JIN

Sihir adalah upaya memohon bantuan kepada syaiton dari golongan jin untuk melakukan sesuatu secara ghaib. Tentu saja, minta bantuan kepada jin tidaklah ada tuntunannya dalam syariat Islam. Orang yang sangat shalih dan hafal Al-Qur’an sekalipun, ia tidak bisa meminta bantuan jin tanpa menuruti syarat yang diajarkan oleh syaiton.
Sedangkan orang yang terkena sihir berarti dikirimi jin suruhan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya, yaitu tukang sihir. Sedangkan tukang sihir itu hanyalah budak Iblis yang hina dan dihinakan dengan mentaati bisikan syaiton, yang dianggap sebagai syarat terkabulkan hajat sihirnya.
Pastilah syarat yang diminta oleh syaiton itu tidak terlepas dari dosa. Meskipun tampaknya perintah ibadah, akan tetapi kalau diteliti secara mendalam, ternyata ibadah yang penuh dengan bid’ah, atau khurafat dalam kepercayaan, atau syirik dalam perbuatan, atau melakukan dosa besar, kekejian dan kemungkaran. Sehingga pelakunya atau pemohon sihir bisa jatuh dalam dosa syirik akbar.
Sihir dan gangguan jin bisa terjadi ketika seseorang mengalami kondisi iman yang lemah atau jauh dari iman, seperti saat marah tanpa kendali, takut berat tanpa berlindung kepada Allah, sedih sekali berkepanjangan, berlebihan dalam bersuka ria atau berpaling dari dzikrullah.
Gangguan jin terhadap manusia banyak yang disebabkan oleh lemahnya pemahaman mereka tentang agama Allah, atau mereka mendapatkan pemahaman yang tercemari aliran kebathinan yang mengotori aqidah mereka. Maka tugas kita sebagai muslim adalah berat, karena kita wajib mengkaji agama Allah secara benar dan wajib menyampaikannya kepada saudara kita yang tersesat.
Tanda tanda gangguan jin sangat lembut dan samar. Banyak gejala yang seolah olah adalah gangguan fisik murni atau gangguan psikis murni. Karena jin adalah makhluk ghaib yang merasuk dalam tubuh manusia melalui organ tubuh manusia yang mudah dimasukinya. Peluang masuk itu terbuka saat orang melakukan maksiat atau lalai dari dzikrullah.

APA TANDA TANDA ORANG YANG MENGALAMI GANGGUAN JIN……???

Adapun tanda tanda atau ciri ciri gangguan jin adalah
Jika tidur sering ngigau/ berbicara/ tertawa sendiri.
Sering mimpi buruk seperti di kejar kejar orang, hewan atau “hantu”
Mimpi seperti mau jatuh dari ketinggian.
Sering Rep-repan (tindihan ) seperti ada yang menindih, seluruh tubuh susah digerakkan dan sulit mengeluarkan suara.
Terlalu banyak makan tetapi merasa tidak kenyang-kenyang dan tubuh tetap terasa loyo bahkan rasanya ingin tidur terus.
Makan sangat sedikit tapi tenaganya sangat kuat bahkan ada kasus, satu minggu tidak makan tapi tenaganya sangat kuat.
Ketika sholat sering lupa rakaat.
Emosi tidak terkendali, seperti gampang marah, gampang sedih dll.
Jika mendengar adzan atau orang membaca Al-Qur’an tubuh merinding/ deg-deg-an/ tidak betah.
Dapat melihat jin atau merasakan keberadaan jin, sesungguhnya manusia tidak bisa melihat jin tetapi jin bisa melihat manusia.
Merasakan sakit baik disebagian ataupun diseluruh tubuh, namun ketika diperiksa dokter (general cek up/ scan) tidak ada penyakitnya.

BAGAIMANA CARA MENGATASI GANGGUAN JIN……???

Ruqyah atau jampi ada dua macam, syar’iyah dan syirkiyah. Ruqyah syar’iyah dengan ayat atau doa yang di baca jelas tanpa merusak maknanya dengan adab adabnya yang sesuai syariat dan membacanya sebagai ibadah kepada Allah dengan penuh ikhlas dan mengharap ridhoNya. Meskipun demikian ruqyah hanyalah sebagai wasilah yang dianjurkan dalam Islam dan tidak boleh diyakini sebagai penentu hasilnya. Allah yang menentukan hasilnya sesuai dengan kedekatan kita kepada Allah.
Karena ruqyah adalah ibarat senjata, kehebatan senjata akan tampak ketika diperankan oleh yang ahlinya dan bagaimana kekuatan musuhnya. Biarpun musuh itu tampak kuat, akan tetapi pemain senjatanya cukup ahli, maka senjata akan tampak hebat dan dahsyat pukulannya terhadap musuh, sehingga cepat terkalahkan.
Orang yang membaca mantra mantra syirik untuk mengundang syaiton, tidak ada apa apanya ketika berhadapan dengan orang yang membacakan ruqyah syar’iyah. Ibarat debu debu yang berhamburan saat menghadapi angin kencang. Apalagi ruqyah dibarengi dengan pukulan terhadap syaiton yang merasuk dalam tubuh, maka kekuatan syaiton semakin hancur. Akan lebih dahsyat lagi ketika ruqyah dibacakan di air juice daun bidara, kemudian diminumkan kepada pasien, maka syaiton semakin hancur dan tidak betah tinggal di tubuh pasien.

PERHATIAN !
Tidak ada syarat khusus dalam ruqyah selain hal yang membantu untuk mendekatkan diri kepada Allah atau melemahkan syaiton. Seperti, berwudhu, menutup aurat dan niat memohon kesembuhan dari Allah swt.


BAGAIMANA REAKSI ORANG YG DIRUQYAH….???

REAKSI RINGAN : panas/ kesemutan/ dingin/ berat di seluruh atau sebagian tubuh tertentu, mual, pusing, jantung berdebar debar, seperti ada yang berjalan di tubuh.
REAKSI KERAS : menangis/ tertawa/ngomel sendiri, muntah-muntah, berteriak, berontak, mengeluarkan gerakan-gerakan tertentu seperti gerakan silat, menari dsb.
( setiap orang reaksi yang muncul berbeda-beda dan reaksi ini bukan keinginan orang yang diruqyah tetapi di luar keinginan bahkan diluar kesadaran orang yang diruqyah serta tidak semua orang ketika di ruqyah timbul reaksi. Wallahu’alam)